Dulu remaja juga ada yang mencuri
mangga tetangga tetapi sekarang remaja mencuri motor bahkan menjadi begal
motor, dulu remaja juga ada yang mabuk, teler dan tergeletak di pos ronda atau
kuburan tapi tidak seperti remaja sekarang yang setelah mabuk memperkosa dan
membunuh seorang gadis, dulu remaja juga pacaran tapi sekedar kirim-kirim salam/ucapan/kartu
dan surat-suratan saja sudah senangnya ngga ketulungan, tidak seperti remaja
sekarang yang konon katanya supaya asyik pacarannya harus ada bumbu-bumbu sex
seperti di video, dulu remaja juga tawuran adu jotos sampai babak belur tapi
tidak ada yang masuk rumah sakit apalagi sampai mati, sekarang remaja kalau
tawuran bawaannya pedang, samurai, celurit dan pisau.... gimana ngga pada mati
tu temen-temennya.
Apakah saya terlalu lebay kalau
mengatakan kenakalan remaja sekarang sangat brutal? Melihat remaja sekarang
begitu ngeri mereka seperti tidak takut pada polisi, orang tua, dan bahkan pada
tuhan, lihat saja abg-abg suporter bola itu mereka berani membajak bus, truk
bahkan kereta api, mereka berani makan di warung tanpa membayar, mereka berani
maksa masuk stadion tanpa tiket, belum lagi kalau kita mendengar remaja yang
dengan sadis membacok orang untuk mendapatkan motornya atau memperkosa dan
membunuh gadis kecil yang bahkan masih temennya sendiri. Tidak itu saja ada
juga remaja putri yang sudah mahir menghasilkan uang dengan mengekploitasi
tubuhnya, lihat saja itu cabe-cabean atau abg-abg yang berkeliaran di diskotik,
cafe, tempat-tempat karaoke atau abg-abg yang foto seksinya bertaburan di
internet dan menjadi jajanan bagi para penikmat birahi. Mengapa anak-anak kita
bisa menjadi begitu nista, kejam dan brutal? Banyak orang yang berusaha
menjawab pertanyaan ini dan mencoba memberi solusi tetapi sampai sekarang belum
ada tanda-tanda kebrutalan remaja akan berkurang. Mari kita berharap semoga
fenomena brutal tadi hanya sebagian kecil dari potret remaja kita, tapi tetaplah
waspada karena yang kecil pun bisa seperti api yang cepat membesar bila tidak
segera diatasi.
Mungkin remaja sekarang adalah
produk televisi dan internet karena
begitu banyaknya film-film brutal yang ditonton remaja, film tentang hobi para
psikopat, film tentang kekerasan seksual, film tentang kebiasaan bengis para
mafia, geng, yakuza dll, film-film brutal yang karena terlalu sering ditonton secara
perlahan-lahan akan terlihat biasa dan memungkinkan untuk dilakukan di dunia
nyata dengan alasan yang dicari-cari. Belum lagi video porno yang “nyelip” di komputer
dan laptop mereka, bahkan selalu tersedia di saku mereka melalui smartphone
yang setiap saat meracuni remaja untuk berbuat mesum atau melakukan pelecehan
seksual bahkan nekat memperkosa, ditambah lagi miras dan narkoba yang seolah menjadi paket lengkap yang sempurna
untuk merusak moral remaja.
Mungkin kebrutalan remaja
sekarang adalah karena kegagalan pemerintah dalam membangun sistem pendidikan kita, konon kabarnya pendidikan
kita tidak berhasil membangun ahklak mulia di kalangan remaja, konon sistem
pendidikan kita hanya mencetak para pekerja yang haus akan materi dan menjadi
budak pengusaha atas nama pertumbuhan ekonomi sehingga membentuk mental mengambil dan merebut untuk
menuruti gaya hidup hedonis dan melupakan pentingnya “berbagi untuk mencukupi
semua”. Mental berebut akan menjadikan penindasan kepada yang lemah menjadi hal
yang terpaksa harus dilakukan atas nama menyambung hidup dan hak asasi,
akhirnya kita kembali ke jaman purba dimana yang kuat akan “memangsa” yang
lemah, mungkin begitulah cara hidup yang diajarkan oleh sistem pendidikan kita.
Mungkin kebrutalan remaja adalah
kelalaian para guru yang karena
faktor ekonomi terlalu sering memikirkan gaji dan nggak sempat mengurusi
persoalan-persoalan muridnya yang menjadikan murid tidak konsentrasi belajar
yang berujung pada buruknya nilai. Murid yang nilainya jelek malah dibully oleh
teman-temannya dan bukannya “ditemenin” sehingga sebagian murid “meninggalkan”
sekolah untuk mencari “teman” yang dianggap bisa membantu menyelesaikan
masalahnya, disinilah mereka bertemu dengan orang-orang yang kadangkala nggak
bener, mungkin begitulah awalnya hingga sekarang kita bisa temukan remaja di
jalanan yang tampanganya sangar bin seram mirip preman, berandalan bahkan
mafia.
Mungkin kebrutalan remaja adalah
refleksi dari kegagalan para pemuka
agama dalam menanamkan nilai-nilai agama yang penuh dengan kebaikan,
kesabaran, kejujuran, sportifitas, toleransi, kasih sayang, halal dan haram dan
sebagainya. Ceramah-ceramah agama menjadi tidak menarik karena terdengar klise
dan begitu-begitu saja dari dulu, sangat normatif dan sulit diaplikasikan untuk
menyelesaikan persoalan riil yang sedang dihadapi remaja, ceramah agama tak
mampu memberi contoh penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi remaja
sehari-hari, belum lagi hadirnya ustad-ustad baru yang lebih mirip artis
sinetron daripada pemuka agama semakin mengurangi kepercayaan remaja terhadap
nasehat-nasehat para ustad.
Mungkin kebrutalan remaja adalah
kesalahan para ilmuan, para jenius dan
cerdik pandai yang telah menciptakan berbagai teknologi yang memberikan
jutaan kemudahan dan kebebasan bagi remaja untuk melakukan apa saja tanpa dapat
dikontrol oleh orang tua, coba saja lihat seorang anak yang sudah mahir
menggunakan smartphone dan melek teknologi, dia bisa melihat, mendengar dan
mendapatkan apapun yang baik maupun yang buruk dari smartphone itu tanpa
halangan berarti dari siapapun. Berbagai artefak berteknologi tinggi hasil
inovasi menghiasi dunia anak-anak dan remaja membuat mereka selalu dimudahkan
dan menjadi lupa bagaimana caranya berkreasi, berinovasi dan mencari solusi
untuk mengatasi segala persoalan dan keterbatasan yang pasti kelak akan mereka
temui, semua itu menghambat mereka untuk menjadi sosok yang kuat dan mandiri. Mereka
cenderung lemah, malas dan tak mampu menanggung kenyataan yang jauh dari
harapan. Mereka pikir hidup itu akan selalu mudah tapi sialnya selalu ada ujian
dalam hidup karena ujiam adalah sarana latihan dan pembeda antar makhluk,
sialnya lagi yang mudah dikerjakan itu biasanya hal-hal yang salah dan tercela,
sedangkan hal-hal yang baik itu susah dilakukan dan perlu pengorbanan, itulah
sebabnya hal baik itu mulia dan dihargai bukan saja oleh sesama manusia tapi
juga oleh tuhan.
Tapi tunggu dulu sebelum kita
mantap menyalahkan para ilmuwan, pemerintah, guru dan pemuka agama serta semua
orang, mari kita lihat apa yang selama ini telah kita lakukan pada anak-anak
kita, karena kitalah sebagai orang tua
yang diberikan amanah dari tuhan untuk menyiapkan anak-anak kita menjadi
pribadi yang mandiri dengan moralitas yang baik, dan jangan lupa bahwa dalam
konteks tanggungjawab terhadap anak-anak maka pemerintah, guru, ilmuwan, pemuka
agama dan kita semua adalah juga “orang tua” bagi mereka, jadi kitalah sebagai
orang tua yang paling bertanggungjawab terhadap perilaku anak-anak/remaja
karena kita adalah orang yang mereka lihat, dengar dan tiru setiap hari, kita
yang membentuk lingkungan mereka, dan kita juga yang memasukkan berbagai
pengetahuan dan nilai kedalam diri mereka. Jadi mari kita bertanya sudahkah
kita “menjaga” anak-anak kita dengan baik? Sudahkah kita berikan waktu, tenaga
dan pikiran kita untuk anak-anak kita dalam kuantitas dan kualitas yang cukup?
Atau barangkali kita hanya memberi mereka makanan, uang, mainan dan berbagai
bentuk materi lainnya yang hanya membuat jiwa mereka lelah, lapar dan dahaga? Jangan-jangan
kita tidak pernah berada di dunia anak-anak kita, mungkin kita terlalu banyak
tinggal di dunia kerja, dunia maya, dunia medsos, dunia internet, dunia
smartphone, dunia gaul, dunia komunitas, dunia arisan dll. Mari kita sisakan
lebih banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk anak-anak kita karena mereka
adalah masa depan peradaban, mereka adalah titipan paling berharga yang harus
“dijaga” dengan cara-cara terbaik, dan bisa jadi mereka adalah penentu nasib
kita di kehidupan mendatang, karena hanya doa mereka yang akan Dia dengar
ketika “kesempatan” kita di dunia telah habis.