Fenomena perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL)
merupakan pemandangan sehari-hari yang sangat umum bagi masyarakat jabodetabek.
KRL merupakan sarana transportasi yang masih banyak digunakan bagi warga jakarta
dan sekitarnya. Namun demikian bagi mereka yang belum pernah menggunakan KRL
tentu penasaran seperti apa rasanya menggunakan KRL, bagi anda yang belum pernah
menggunakan KRL, tulisan berikut adalah sekilas pengamatan penulis ketika
beberapa kali mencoba menggunakan KRL sebagai moda transportasi.
Tarif menumpang KRL yang relatif murah, ketepatan
waktu tempuh dan jangkauan wilayah operasional KRL yang memanjang dari Jakarta
sampai dengan Bogor serta membentang dari Tangerang sampai Bekasi merupakan
nilai plus yang menjadi daya tarik warga Jakarta untuk selalu menggunakan KRL
sebagai sarana transportasi utama. Peta rute KRL Jabodetabek selengkapnya dapat dilihat disini. Sedangkan tabel tarif dasar KRL dapat didownload disini.
Dibalik segala kelebihan yang ditawarkan layanan KRL,
ternyata banyak juga ditemukan kekurangan-kekurangan yang selalu dikeluhkan
oleh para pengguna setia KRL. Kenyamanan dan keamanan merupakan masalah klasik
yang selalu menghantui para penumpang KRL. Setiap hari khususnya pada jam
berangkat dan pulang kerja kita bisa melihat bagaimana penumpang KRL harus
berdiri berdesak-desakan dalam gerbong. Ironisnya dalam situasi yang berdesak-desakan
tersebut para pencopet kadang beraksi dan memakan korban, akibatnya dalam
beberapa kasus ada penumpang KRL kehilangan uang, dompet atau ponselnya. Tak
hanya itu kondisi desak-desakkan membuat para penumpang wanita yang tidak
tertampung di gerbong wanita menjadi rentan terhadap pelecehan seksual.
Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihan KRL,
faktanya sampai saat ini KRL masih menjadi pilihan warga Jakarta dan sekitarnya
sebagai sarana transportasi yang murah dan cepat (tepat waktu). Oleh karena itu
menarik untuk memahami fenomena perjalanan KRL, bagaimana kondisi penumpang
dalam KRL dan bagaimana membuat penumpang lebih nyaman dan aman dalam KRL.
Bila kita memperhatikan dengan seksama maka kita
semua tau bahwa jumlah penumpang yang berada dalam KRL dipengaruhi oleh
banyaknya calon penumpang yang akan naik dan banyaknya penumpang yang turun.
Semakin banyak calon penumpang yang naik maka semakin banyak penumpang yang
berada dalam KRL. Jumlah penumpang dalam KRL ini akan berkurang dengan adanya
penumpang yang turun.
Jumlah calon penumpang yang dapat naik ke dalam KRL
dipengaruhi oleh tempat duduk yang masih tersedia di KRL. Tempat duduk yang
masih tersedia ditentukan oleh kapasitas atau daya tampung KRL dan jumlah penumpang
yang sudah ada dalam KRL. Bila jumlah calon penumpang yang sudah menunggu untuk
naik lebih besar dari jumlah tempat duduk yang masih tersedia (setelah
penumpang turun) maka tidak semua calon penumpang dapat terangkut oleh KRL, calon
penumpang yang tidak terangkut ini akan menunggu KRL selanjutnya dan menambah
jumlah calon penumpang untuk KRL selanjutnya. Dalam kenyataannya sebagian calon
penumpang yang tidak terangkut ini kadang tidak mau menunggu KRL berikutnya
tetapi lebih memilih memaksa naik dan berdesak-desakkan di dalam KRL.
Berdasarkan pengamatan saya beberapa hal yang bisa
dicoba untuk mengurangi jumlah calon penumpang yang tidak terangkut serta
mengurangi resiko penumpang berdesak-desakan dalam gerbong adalah sebagai
berikut :
1.
Meningkatkan kapasitas KRL
Peningkatan
kapasitas ini bisa dilakukan dengan penambahan gerbong KRL atau penambahan KRL
yang tentunya harus didukung dengan penambahan sarana, prasarana maupun SDM.
2. Meminimalkan keterlambatan kereta.
Dengan
meniadakan keterlambatan kereta dapat mengurangi jumlah calon penumpang yang
tidak terangkut karena keterlambatan kereta menyebabkan penumpukan calon
penumpang sehingga semakin banyak calon penumpang yang tidak terangkut.
Keterlambatan kereta dapat diminimalkan dengan menjaga kelancaran perjalanan
KRL seperti perawatan yang baik terhadap KRL dan semua sarana pendukungnya agar
KRL selalu dalam kondisi prima saat dioperasikan. Selain itu kesiap-siagaan
stasiun dan personilnya juga diperlukan untuk menjamin kelancaran perjalanan
KRL
3.
Menambah frekuensi kedatangan KRL
atau mengurangi waktu tunggu KRL
Semakin pendek
waktu tunggu KRL maka semakin sedikit calon penumpang yang menunggu sehingga
kemungkinan calon penumpang yang tidak terangkut makin kecil. Pengurangan waktu tunggu KRL dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan frekuensi perjalanan KRL.
Sebenarnya
ada lagi solusi untuk megurangi jumlah calon penumpang yang tidak terangkut KRL
yaitu dengan mengurangi calon penumpang KRL, hal ini dapat dilakukan apabila
pelanggan KRL mau beralih ke moda transportasi lain seperti bus, angkot dan
lain-lain. Namun demikian cara ini sulit untuk dilakukan saat ini mengingat
pelanggan setia KRL sepertinya kurang tertarik dengan moda transportasi lain
karena moda transportasi lain relatif lebih mahal dan tidak tepat waktu.
Dengan
penambahan kapasitas KRL, meminimalkan keterlambatan KRL dan meningkatkan
frekuensi perjalanan KRL diharapkan dapat mengurangi penumpukan calon penumpang
dan mengurangi jumlah calon penumpang yang tidak terangkut sehingga penumpang
tidak lagi berdesak-desakkan dalam gerbong sehingga KRL dapat menjadi moda transportasi
yang lebih nyaman dan aman. Tentu saja upaya-upaya tersebut memerlukan dukungan
penyediaan sarana dan prasarana lainnya serta harus pula didukung dengan
perbaikan layanan moda transportasi lain seperti bus, angkot dan lain-lain
dengan meningkatkan ketepatan waktu tempuh dan penerapan tarif yang lebih murah
agar pelanggan KRL mau berpindah ke moda transportasi lain sehingga dapat
mengurangi beban KRL. Bila semua moda transportasi sudah mempunyai pelayanan
yang baik maka bukan tidak mungkin suatu saat para pelanggan dapat menggunakan
berbagai moda transportasi dengan aman, nyaman dan tepat waktu sehingga dapat
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan sekaligus mengurangi tingkat
kemacetan di Jakarta dan sekitarnya.
No comments:
Post a Comment