MANA YANG LEBIH BAIK, Ibu Rumah Tangga atau Wanita Karir?
Adalah sesuatu yang mengejutkan ketika pertanyaan klasik ini ternyata masih
saja jadi perdebatan yang cukup seru di media social. Ada yang menganggap
menjadi IRT lebih baik karena punya banyak waktu untuk mengurus rumah,
anak dan suami, sebaliknya ada pula yang menganggap wanita karir itu lebih baik
karena dapat memanfaatkan seluruh potensinya untuk menghasilkan karya yang
bermanfaat dan membantu perekonomian keluarga. Berbagai sudut pandang digunakan
para netizen untuk melihat persoalan seputar IRT vs Wanita karir ini, mulai
dari sudut pandang budaya, adat istiadat, modernisasi, emansipasi hingga sudut
pandang agama, bahkan tak ketinggalan para ustadz muda ikut memberi semacam
“fatwa” mengenai persoalan IRT vs Wanita Karir ini.
Perdebatan yang seru di
media social membuat saya tergerak untuk ikut nimbrung mengeluarkan uneg-uneg
seputar masalah IRT vs Wanita Karir ini, dan inilah beberapa uneg-uneg saya,
semoga bisa melengkapi pandangan mengenai masalah ini atau sekedar meramaikan pembicaraan para netizen.
Pertama, menurut saya
yang terpenting bagi seorang wanita adalah bahwa bersama suami mereka punya tanggungjawab
“mengurus” rumah dan anak, sedangkan sebagai istri tentu mereka bertanggungjawab "mengurus" suami, jadi apapun pekerjaannya apakah sebagai
IRT atau Wanita Karir asal mereka bisa melaksanakan tanggungjawabnya dengan
baik maka saya rasa tidak akan jadi masalah dalam rumah tangga.
Kedua, baik IRT maupun
Wanita Karir tentunya akan mempunyai cara yang berbeda untuk melakukan
kewajibannya sebagai ibu dan istri karena mereka berada dalam kondisi dan
situasi yang berbeda, misalnya seorang wanita karir akan membutuhkan bantuan
asisten rumah tangga untuk “mengurus” rumah sedangkan seorang IRT bisa
“mengurus” rumahnya sendiri. Contoh lain misalnya seorang wanita karir akan
lebih mengutamakan “quality time” ketimbang “quantity time” ketika bersama anak
dan suaminya karena keterbatasan waktu yang mereka miliki di rumah, hal ini
tentu berbeda dengan seorang IRT yang relative memiliki banyak waktu di rumah.
Jadi sebenarnya bukan status IRT atau Wanita Karir yang harus dipersoalkan tapi
bagaimana seorang wanita menemukan cara terbaik dalam menunaikan kewajibannya
sesuai dengan kondisi dan situasi yang mereka alami masing-masing. Disinilah
seorang wanita karir dituntut untuk mampu berkreasi dan berinovasi untuk
menemukan “cara-cara baru” dalam melaksanakan kewajibannya sebagai istri dan
ibu mengingat adat istiadat kita secara umum masih mengajarkan “cara-cara
lama” yang dilakukan oleh IRT karena memang di masa lalu sebagian besar wanita
masih menjadi IRT dan belum banyak yang bekerja di luar rumah.
Ketiga, belum tentu
wanita yang bekerja di luar rumah tidak/kurang memperhatikan
anak-anak/suaminya, sering mereka menelepon ke rumah untuk memastikan segala
sesuatunya berjalan dengan baik, kadang mereka lari ke pasar pada jam istirahat
kantor untuk berburu bahan makanan demi memberikan asupan gizi yang baik buat
anak dan suaminya, kadang sepulang kerja mereka mampir kesana kemari untuk
sekedar membeli buah kesukaan anak atau kebutuhan keluarga yang lain, sampai di
rumahpun masih menemani anak bermain/belajar bahkan membereskan pekerjaan rumah
yang tersisa. Di sisi lain belum tentu seorang IRT akan benar-benar dapat
memperhatikan anak-anaknya dengan baik, kadang mereka terlalu lama menonton
sinetron dan acara infotainment, terlalu lama browsing, chatting, fesbukan,
twiteran, belanja online atau bahkan terlalu asyik ngerumpi dengan para
tetangga sekitar sementara anak-anaknya bermain dengan anak-anak lain entah
siapa, dimana dan melakukan apa. Jadi keberadaan seorang wanita apakah di rumah
atau di luar rumah bukan merupakan satu-satunya variable yang mempengaruhi
tingkat perhatian wanita kepada suami dan anak-anaknya. Dimanapun seorang
wanita berada kalau hati dan pikirannya selalu terpaut dengan keluarganya maka
dia akan berusaha melakukan apa saja demi memberikan yang terbaik untuk
keluarganya.
Kesimpulannya, marilah kita
berhenti “membenturkan” antara IRT dengan wanita karir karena faktanya
mereka sama-sama "bekerja", wanita yang di rumah punya banyak perkerjaan, yang di luar rumah juga punya pekerjaan, mereka sama-sama
berkarya mencoba memberi manfaat bagi keluarganya, mencoba menggali dan
mengembangkan semua potensi yang mereka miliki untuk mendampingi suami dan
mendidik anak-anaknya dengan "cara yang berbeda". Sepanjang mereka tidak
“melupakan” tanggungjawabnya sebagai seorang ibu dan istri maka inshaallah baik
IRT maupun wanita karir akan memberi manfaat dan keberkahan bagi keluarga.
Nah itulah sedikit uneg-uneg
saya mengenai IRT vs Wanita Karir, mudah-mudahan bisa memberi masukan dari
sudut pandang yang berbeda khususnya bagi para wanita yang masih “galau” untuk
memilih apakah akan menjadi IRT atau Wanita Karir, dan mudah-mudahan juga para
suami dapat memahami sepenuhnya perbedaan "gaya" antara IRT dengan Wanita Karir ini
sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai “cara” yang terbaik untuk
berbagi peran dan tugas dengan sang istri dalam mengarungi bahtera rumah
tangga. Kalau ada kurang dan salahnya mohon maaf dan koreksinya....matur nuwun.
No comments:
Post a Comment