Pangan, dalam hal ini beras/padi barangkali merupakan
benda yang paling penting bagi bangsa ini, Hampir 250 juta orang setiap hari mengkonsumsi
beras. Selengkapnya tentang konsumsi beras nasional dapat dilihat disini. Tapi bagaimana beras/padi diproduksi? Pasti semua sudah tahu bahwa padi
diproduksi oleh petani. Yang barangkali tidak diketahui banyak orang adalah
betapa rumit dan panjangnya proses menghasilkan beras oleh para petani, hal ini
penting diketahui agar kita semua bisa benar-benar menghargai padi dan petani,
karena kalau kita tidak bisa menghargai petani mungkin suatu saat tidak ada
lagi orang yang mau jadi petani, kalau sudah begini darimana kita akan mendapatkan
beras?
Dalam kesempatan ini saya ingin bercerita sedikit tentang
budaya bertani yang mungkin bisa menjadi jendela informasi bagi semua orang
untuk memahami bagaimana para petani berjuang untuk menghasilkan beras. Tulisan
ini merupakan hasil penelitian singkat saya tentang budaya bertani di daerah
Bogor tepatnya di Desa Kabasiran, Kecamatan Parung Panjang.
Saya menggunakan unsur-unsur budaya universal untuk menggambarkan budaya bertani para petani yang tergabung dalam kelompok tani bernama KT. Panyirapan. Berikut 7 unsur budaya yang saya amati :
Saya menggunakan unsur-unsur budaya universal untuk menggambarkan budaya bertani para petani yang tergabung dalam kelompok tani bernama KT. Panyirapan. Berikut 7 unsur budaya yang saya amati :
1. Bahasa
Tradisi bertani padi di Kelompok Tani Panyirapan telah
melahirkan istilah-istilah yang khas di Desa Kabasiran dan sekitarnya.
Istilah-istilah tersebut sebagian memiliki makna yang tidak diketahui secara
umum dan merupakan sarana komunikasi yang dibutuhkan dalam usaha petani
memproduksi padi. Penting bagi kita untuk memahami istiah-istilah tersebut agar
dapat memahami seperti apa budaya bertani setempat. Istilah-istilah tersebut
dapat kita temukan dalam proses-proses atau tahapan-tahapan memproduksi padi
sebagai berikut :
a. Pengolahan tanah
Proses ini disebut “nyawah” yaitu
proses mengolah tanah termasuk pemberian pupuk kandang untuk menyiapkan lahan
agar “nutrisi” untuk tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup dan merata serta
menggemburkan tanah agar mudah ditanami dan juga memudahkan akar tanaman
berkembang di dalam tanah. Nyawah biasanya
dilakukan dengan cara mencangkul tanah atau membajak.
b. Penyemaian
Proses ini disebut “tebar” yaitu
menumbuhkan benih padi pada media tanah agar siap untuk ditanam di sawah.
c. Tanam
Proses ini disebut “tandur” yaitu memindahkan benih padi yang telah
ditumbuhkan di persemaian untuk ditanam di sawah.
d. Pemupukan
Poses ini disebut “mupuk” yaitu
memberikan pupuk sebagai nutrisi padi agar dapat tumbuh dengan baik dan dapat
menghasilkan padi yang melimpah. Proses pemupukan bisa dilakukan 2 atau 3 kali
tergantung kondisi tanaman. Pemupukan biasanya dilakukan dengan cara ditebar.
e. Penyiangan
Proses ini disebut “ngoyos” yaitu
membersihkan rumput atau tanaman pengganggu lain yang tumbuh disekitar tanaman
padi. Proses ini dimaksudkan untuk megurangi persaingan tanaman padi dengan
tanaman lain dalam “mencari makan” dan membersihkan lahan untuk mengurangi
resiko serangan penyakit. Proses ngoyos
dapat dilakukan beberapakali tergantung kebutuhan.
f. Pemberantasan hama dan penyakit
Proses ini dilakukan jika ada hama atau penyakit yang menyerang padi.
Biasanya hama yang sering menyerang adalah sejenis belalang yang disebut kukang yang biasanya dibasmi dengan
menyemprotkan insektisida. Selain itu ada juga hama sejenis siput yang disebut keong mas yang memakan tanaman padi yang
masih muda. Keong mas hanya bisa diatasi dengan cara diambil dan dibuang atau
dijauhkan dari sawah.
g. Panen
Proses panen terdiri atas beberapa tahap yaitu tahap pemotongan padi (babat), tahap pengumpulan padi, dan
tahap perontokan padi (ngeprik). Serangkaian
proses tersebut akan menghasilkan bulir-bulir padi yang sudah terpisah dari
jeraminya yang disebut gabah.
h. Pengeringan
Gabah yang dihasilkan dari proses panen kemudian dikeringkan dengan cara
dijemur. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air gabah sehingga
gabah lebih tahan lama ketika disimpan.
i. Penyimpanan
Setelah gabah dikeringkan kemudian akan disimpan sebelum akhirnya dijual
atau digiling untuk menghasilkan beras. Penyimpanan gabah dilakukan di ruangan
yang kering, bersih dan terlindung untuk menjaga agar kadar air gabah tidak
bertambah dan mencegah gangguan tikus dan binatang-binatang lain.
2. Sistem Religi
(kepercayaan)
Dalam usaha budidaya padi para petani di Kelompok Tani
Panyirapan percaya bahwa keberhasilan mereka dalam bertani tidak semata
ditentukan oleh kemampuan mereka dalam bertani tetapi juga tergantung pada
kekusaan Sang Maha Pencipta (Tuhan), oleh karena itu beberapa ritual doa
dilakukan oleh para petani. Ritual tersebut merupakan tradisi turun temurun
yang masih dilakukan oleh beberapa petani walaupun sebagian petani ada yang
sudah tidak melaksanakan ritual tersebut karena ketidakmampuan secara
finansial. Ritual pertama dilakukan sebelum mulai “menggarap” sawah, ritual ini
dilakukan dengan menggelar doa bersama pemuka agama dan tetangga sekitar.
Dengan doa tersebut petani berharap usahanya akan mendapatkan perlindungan dan
bantuan dari Sang Maha Pencipta sehingga dapat menghasilkan panen yang
melimpah. Ritual ini biasanya diakhiri dengan makan bersama.
Tak hanya itu setelah selesai nyawah (mengolah tanah) dan mananam padi (nandur) petani juga mengadakan acara makan dan doa bersama yang
biasanya disebut ngumbah pacul. Ritual
ini dimaksudkan untuk memohon doa kepada Sang Pencipta agar sawah yang sudah
ditanami padi dapat tumbuh dengan baik dan terlindung dari serangan hama dan
penyakit sehingga dapat menghasilkan
panen yang melimpah. Selain itu setelah selesai panen beberapa petani juga
mengadakan syukuran dengan cara doa
dan makan bersama serta menyedekahkan sebagian hasil panen kepada keluarga dan
tetangga sekitar sebagai tanda syukur atas nikmat dari Sang Maha Pencipta.
Adanya sedekah hasil panen juga menunjukkan bahwa proses
produksi padi yang dilakukan petani tidak hanya sekedar kegiatan ekonomi untuk
menghasilkan keuntungan semata tetapi lebih dari itu dalam proses tersebut juga
terdapat nilai kebersamaan dimana sebagian dari hasil panen yang diperoleh didistribusikan
kepada orang lain agar manfaatnya dapat dirasakan bersama. Nilai ini sesuai
dengan ajaran agama islam yang merupakan agama yang dianut oleh mayoritas
masyarakat Desa Kabasiran. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk
menyedekahkan sebagian dari rizki yang diperoleh kepada orang lain khususnya
yang kurang mampu sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Islam
juga mengajarkan bahwa dalam harta kita ada sebagian hak orang yang tidak mampu
yang harus kita berikan kepada mereka.
Nilai kebersamaan tersebut juga terdapat dalam
cerita-cerita rakyat seputar asal usul tanaman padi yang mengisahkan tentang
kehidupan Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Dalam cerita tersebut Semar ditugaskan oleh Batara Guru untuk
menjaga padi. Tokoh Semar ini menyandang sifat kemuliaan yang sangat banyak. Salah satunya adalah
bahwa Semar merupakan tokoh yang tidak tergiur oleh keduniawian seperti pangkat dan kekayaan dunia. Hal ini
mengandung makna bahwa padi, untuk kesejahteraan umat manusia, harus dijaga oleh orang yang betul-betul
jujur, orang yang tidak tergiur oleh kekayaan. Prabu Siliwangi pernah menolak permintaan Dempu Awang untuk membeli
padi. Hal ini mengandung
makna bahwa padi harus
dijaga dari keserakahan jual-beli perdagangan. Di dalam jual-beli tidak mengenal saudara, tidak mengenal
belas kasihan, dan tidak mengenal rasa sosial. Padi harus dijaga dari keserakahan tersebut karena menyangkut kesejahteraan umum (Kalsum, 2010).
3. Sistem organisasi
kemasyarakatan
Terdapat organisasi formal dan informal yang berperan
dalam aktivitas petani di Desa Kabasiran. Organisasi formal yang ada adalah
kelompok tani. Di Desa Kabasiran terdapat 5 kelompok tani, salah satunya adalah
Kelompok Tani Panyirapan. Kelompok ini terutama berperan sebagai media
penyampai informasi kepada para petani dan media penyaluran bantuan dari
pemerintah kepada para petani seperti bantuan pupuk dan benih. Selain itu
kelompok ini juga mempunyai unit usaha pelayanan jasa alsintan yang menyediakan
alat dan mesin pertanian yang dapat dimanfaatkan para petani melalui sistem
sewa. Alat dan mesin pertanian tersebut antara lain traktor, paddy mower, power thresher dan mesin
penggilingan padi. Dalam beberapa hal kelompok tani ini juga melakukan
koordinasi dengan para petani untuk melakukan kegiatan bersama seperti
pemberantasan hama tanaman yang dianggap membahayakan misalnya pemberatasan
hama tikus dan keong mas.
Organisasi informal yang juga mempunyai peran sangat
penting dalam usaha budidaya padi di Desa Kabasiran adalah kelompok buruh ngepak. Kelompok ini terdiri atas
beberapa wanita yang bekerja sebagai buruh tani yang khusus untuk menyelesaikan
pekerjaan tanam, penyiangan dan panen. Kelompok ini berkerja dengan sistem ceblokan yaitu sistem pembagian pekerjaan
dimana kelompok yang mempunyai hak untuk mengerjakan proses panen di suatu
petak sawah adalah hanya kelompok yang sebelumnya juga mengerjakan proses tanam
dan penyiangan di petak sawah tersebut. Anggota kelompok ini mempunyai bagian
(area kerja) sendiri-sendiri dalam satu petakan sawah yang disebut hanca. Jadi pekerjaan tanam, penyiangan
dan panen di dalam suatu hanca akan
diselesaikan oleh orang yang sama.
Kelompok buruh ngepak
ini baru mendapatkan upah setelah mereka menyelesaikan proses panen. Upah
yang diberikan berupa hak atas sebagian gabah hasil panen. Besarnya upah
kelompok ini adalah 1/5 dari total gabah hasil panen. Upah tersebut akan dibagi
untuk tiap-tiap anggota kelompok sesuai dengan luas hanca yang dikerjakan.
Kelompok buruh ngepak
ini dari tahun ke tahun biasanya selalu bekerja di petakan yang sama jadi
petani tidak perlu lagi mencari kelompok lain untuk mengerjakan tanam,
penyiangan dan panen di petakan sawahnya. Kelompok ini juga sudah tau kapan
harus bekerja, jadi tanpa menunggu perintah petani mereka dapat langsung
menyelesaikan perkerjaan mereka. Anggota buruh ngepak ini sudah dikenal dekat oleh petani karena mereka umumnya
bertetangga bahkan beberapa masih ada hubungan keluarga dengan petani sehingga
mereka tidak hanya berinteraksi dalam urusan pekerjaan tapi juga dalam berbagai
aktivitas keseharian mereka. Selain itu umumnya mereka telah bekerja cukup lama
sehingga terbentuk rasa saling percaya dan terjalin ikatan cukup kuat dengan
petani.
4. Sistem pengetahuan
Aktivitas bertani yang dilakukan para petani tentunya
didasarkan pada pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh para petani dan
dipercaya dapat membantu mereka untuk memperoleh hasil panen yang melimpah.
Pengetahuan tersebut ada yang di dapat secara turun temurun dari pendahulu
mereka, ada pula yang merupakan hasil dari pengalaman pribadi atau diskusi dan sharing dengan petani yang lain. Selain
itu beberapa pengetahuan didapat dari pemerintah melalui petugas penyuluh
lapangan (PPL) yang mendampingi petani dalam aktivitas bertani mereka.
Pengetahuan-pengetahuan penting dan spesifik lokasi
biasanya diperoleh petani dari hasil pengamatan terhadap alam dan lingkungan
sekitar. Petani dapat mengetahui waktu-waktu yang tepat untuk memulai dan
menyelesaikan proses-proses dalam usaha budidaya padinya seperti kapan waktunya
mengolah tanah, menebar benih, menanam, memupuk, menyiang dan panen. Mereka
juga mengetahui bagaimana menangani hama dan penyakit yang menyerang padi
mereka. Selain itu yang tak kalah penting adalah pengetahuan tentang bagaimana
mengelola air untuk kebutuhan budidaya padi. Kondisi sawah tadah hujan yang
hanya menggantungkan ketersediaan air dari hujan menyebabkan petani harus
berhati-hati dalam memperkirakan kecukupan air untuk kebutuhan tanaman padi
dari tanam hingga panen. Bila air tidak cukup petani bisa gagal panen, jadi
sebelum memutuskan menanam padi petani harus yakin bahwa air yang tersedia
masih cukup untuk kebutuhan tanaman padi hingga panen nanti. Untuk
memperkirakan kecukupan air biasanya petani akan memeriksa kondisi tanah di
sawah dan mengamati curah hujan selama beberapa waktu sebelum memutuskan untuk
melakukan pengolahan tanah dan penanaman.
5. Sistem mata
pencaharian hidup
Sebagaian besar mata pencaharian masyarakat Desa
Kabasiran adalah petani dan buruh tani, jumlahnya sekitar 60%, komoditas yang
diusahakan sebagian besar adalah padi. Sebagian besar petani adalah petani
“gurem” dengan luas lahan rata-rata hanya sekitar 0,2 ha. Dengan lahan yang
relatif kecil dan kondisi sawah tadah hujan para petani tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya bila hanya mengandalkan hasil taninya. Oleh karena itu
sebagian besar petani dan buruh tani tersebut juga mempunyai pekerjaan
sampingan seperti berdagang, menjadi kuli bangunan, menjadi tukang ojeg dan
melakukan berbagai pekerjaan lain yang sifatnya serabutan.
6. Sistem peralatan dan
teknologi
Dalam aktivitas bertaninya para petani di Kelompok Tani
Panyirapan banyak memanfaatkan peralatan dan teknologi, baik yang sudah modern
maupun yang masih tradisional. Peralatan tersebut dapat kita lihat dalam
proses-proses atau tahapan budidaya padi yang dilakukan yaitu :
a. Pengolahan Tanah (nyawah)
Proses utama dalam pengolahan tanah adalah membajak.
Peralatan yang digunakan bisa berupa cangkul (pacul), traktor atau bisa juga memanfaatkan kerbau untuk
menarik/menggerakkan alat bajak. Petani yang lahannya relatif kecil biasanya
cukup menggunakan cangkul, sedangkan petani dengan lahan yang luas lebih
memilih menggunakan traktor atau kerbau untuk mempercepat proses pengolahan tanah.
b. Tanam (tandur)
Para petani mempunyai alat yang terbuat dari kayu/bambu
berbentuk seperti penggaris besar yang biasa disebut caplak. Alat tersebut berfungsi untuk memudahkan mengukur dan
mengatur jarak tanam padi.
c. Penyiangan
Alat yang biasa
digunakan untuk penyiangan disebut gasrok.
Alat ini terbuat dari kayu berbentuk persegi seukuran kaki orang dewasa
yang bagian bawahnya diberi paku. Alat ini mempunyai tangkai yang menjulang ke
atas sebagai pegangan untuk menggerakkan bagian bawahnya dengan gerakan
mendorong kedepan pada saat membersihkan rumput dan tanaman pengganggu yang
tumbuh di sela-sela tanaman padi. Alat lain yang digunakan adalah grendel, alat ini serupa dengan gasrok hanya berbeda pada bagian
bawahnya dimana bagian bawah grendel berbentuk
silinder yang dapat berputar ketika didorong.
d. Panen
Peralatan yang digunakan pada waktu panen yaitu : sabit
bergerigi (arit); perontok padi (gebotan), matras atau alas yang terbuat
dari karung atau terpal; dan karung. Sabit bergerigi digunakan untuk memotong
padi, gebotan digunakan untuk
merontokkan bulir padi dari jerami dengan cara menghempaskan rumpun padi hingga
membentur gebotan. Alas karung atau
terpal digunakan sebagai alas dalam proses merontokkan padi (ngeprik) agar gabah yang terlempar dapat
dengan mudah dikumpulkan lagi. Sedangkan karung digunakan untuk mengemas gabah
agar memudahkan proses pengangkutan dan penyimpanan. Untuk sabit bergerigi terdapat berbagai merk dan spesifikasi, salah satunya dapat dilihat disini. Sedangkan cara memanen padi selengkapnya dapat dilihat disini.
7. Kesenian
Dalam kasus ini saya tidak menemukan adanya aktivitas
berkesenian atau karya-karya seni yang berhubungan dengan budaya bertani
masyarakat.
Demikian sedikit informasi mengenai proses produksi padi/beras yang dilakukan oleh para petani kita. Tidak mudah bukan, perlu kerja keras, ketekunan, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk bisa menghasilkan padi yang baik, oleh karena itu mari kita hargai jerih payah para petani kita dengan harga yang layak dan pantas agar para petani kita dapat mencukupi kebutuhannya dan berbangga dengan profesinya sebagai petani sehingga mereka dapat terus bersemangat untuk memproduksi padi bagi masa depan anak cucu kita kelak.
Demikian sedikit informasi mengenai proses produksi padi/beras yang dilakukan oleh para petani kita. Tidak mudah bukan, perlu kerja keras, ketekunan, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk bisa menghasilkan padi yang baik, oleh karena itu mari kita hargai jerih payah para petani kita dengan harga yang layak dan pantas agar para petani kita dapat mencukupi kebutuhannya dan berbangga dengan profesinya sebagai petani sehingga mereka dapat terus bersemangat untuk memproduksi padi bagi masa depan anak cucu kita kelak.
No comments:
Post a Comment