Populer

Tuesday, November 29, 2016

MENGENAL BUDAYA BERTANI UNTUK MASA DEPAN

Pangan, dalam hal ini beras/padi barangkali merupakan benda yang paling penting bagi bangsa ini, Hampir 250 juta orang setiap hari mengkonsumsi beras. Selengkapnya tentang konsumsi beras nasional dapat dilihat disini. Tapi bagaimana beras/padi diproduksi? Pasti semua sudah tahu bahwa padi diproduksi oleh petani. Yang barangkali tidak diketahui banyak orang adalah betapa rumit dan panjangnya proses menghasilkan beras oleh para petani, hal ini penting diketahui agar kita semua bisa benar-benar menghargai padi dan petani, karena kalau kita tidak bisa menghargai petani mungkin suatu saat tidak ada lagi orang yang mau jadi petani, kalau sudah begini darimana kita akan mendapatkan beras?

PERTANAMAN PADI

Dalam kesempatan ini saya ingin bercerita sedikit tentang budaya bertani yang mungkin bisa menjadi jendela informasi bagi semua orang untuk memahami bagaimana para petani berjuang untuk menghasilkan beras. Tulisan ini merupakan hasil penelitian singkat saya tentang budaya bertani di daerah Bogor tepatnya di Desa Kabasiran, Kecamatan Parung Panjang. 

WILAYAH KEC. PARUNG PANJANG, KAB. BOGOR

Saya menggunakan unsur-unsur budaya universal untuk menggambarkan budaya bertani para petani yang tergabung dalam kelompok tani bernama KT. Panyirapan. Berikut 7 unsur budaya yang saya amati :
1. Bahasa
Tradisi bertani padi di Kelompok Tani Panyirapan telah melahirkan istilah-istilah yang khas di Desa Kabasiran dan sekitarnya. Istilah-istilah tersebut sebagian memiliki makna yang tidak diketahui secara umum dan merupakan sarana komunikasi yang dibutuhkan dalam usaha petani memproduksi padi. Penting bagi kita untuk memahami istiah-istilah tersebut agar dapat memahami seperti apa budaya bertani setempat. Istilah-istilah tersebut dapat kita temukan dalam proses-proses atau tahapan-tahapan memproduksi padi sebagai berikut :
a. Pengolahan tanah
Proses ini disebut “nyawah” yaitu proses mengolah tanah termasuk pemberian pupuk kandang untuk menyiapkan lahan agar “nutrisi” untuk tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup dan merata serta menggemburkan tanah agar mudah ditanami dan juga memudahkan akar tanaman berkembang di dalam tanah. Nyawah biasanya dilakukan dengan cara mencangkul tanah atau membajak.
b. Penyemaian
Proses ini disebut “tebar” yaitu menumbuhkan benih padi pada media tanah agar siap untuk ditanam di sawah.
c. Tanam
Proses ini disebut “tandur”  yaitu memindahkan benih padi yang telah ditumbuhkan di persemaian untuk ditanam di sawah.
d. Pemupukan
Poses ini disebut “mupuk” yaitu memberikan pupuk sebagai nutrisi padi agar dapat tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan padi yang melimpah. Proses pemupukan bisa dilakukan 2 atau 3 kali tergantung kondisi tanaman. Pemupukan biasanya dilakukan dengan cara ditebar.
e. Penyiangan
Proses ini disebut “ngoyos” yaitu membersihkan rumput atau tanaman pengganggu lain yang tumbuh disekitar tanaman padi. Proses ini dimaksudkan untuk megurangi persaingan tanaman padi dengan tanaman lain dalam “mencari makan” dan membersihkan lahan untuk mengurangi resiko serangan penyakit. Proses ngoyos dapat dilakukan beberapakali tergantung kebutuhan.
f. Pemberantasan hama dan penyakit
Proses ini dilakukan jika ada hama atau penyakit yang menyerang padi. Biasanya hama yang sering menyerang adalah sejenis belalang yang disebut kukang yang biasanya dibasmi dengan menyemprotkan insektisida. Selain itu ada juga hama sejenis siput yang disebut keong mas yang memakan tanaman padi yang masih muda. Keong mas hanya bisa diatasi dengan cara diambil dan dibuang atau dijauhkan dari sawah.
g. Panen
Proses panen terdiri atas beberapa tahap yaitu tahap pemotongan padi (babat), tahap pengumpulan padi, dan tahap perontokan padi (ngeprik). Serangkaian proses tersebut akan menghasilkan bulir-bulir padi yang sudah terpisah dari jeraminya yang disebut gabah.
h. Pengeringan
Gabah yang dihasilkan dari proses panen kemudian dikeringkan dengan cara dijemur. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air gabah sehingga gabah lebih tahan lama ketika disimpan.
i. Penyimpanan
Setelah gabah dikeringkan kemudian akan disimpan sebelum akhirnya dijual atau digiling untuk menghasilkan beras. Penyimpanan gabah dilakukan di ruangan yang kering, bersih dan terlindung untuk menjaga agar kadar air gabah tidak bertambah dan mencegah gangguan tikus dan binatang-binatang lain.

OBROLAN PETANI DI SAWAH, JENDELA UNTUK MELIHAT KEHIDUPAN PETANI

2. Sistem Religi (kepercayaan)
Dalam usaha budidaya padi para petani di Kelompok Tani Panyirapan percaya bahwa keberhasilan mereka dalam bertani tidak semata ditentukan oleh kemampuan mereka dalam bertani tetapi juga tergantung pada kekusaan Sang Maha Pencipta (Tuhan), oleh karena itu beberapa ritual doa dilakukan oleh para petani. Ritual tersebut merupakan tradisi turun temurun yang masih dilakukan oleh beberapa petani walaupun sebagian petani ada yang sudah tidak melaksanakan ritual tersebut karena ketidakmampuan secara finansial. Ritual pertama dilakukan sebelum mulai “menggarap” sawah, ritual ini dilakukan dengan menggelar doa bersama pemuka agama dan tetangga sekitar. Dengan doa tersebut petani berharap usahanya akan mendapatkan perlindungan dan bantuan dari Sang Maha Pencipta sehingga dapat menghasilkan panen yang melimpah. Ritual ini biasanya diakhiri dengan makan bersama.
Tak hanya itu setelah selesai nyawah (mengolah tanah) dan mananam padi (nandur) petani juga mengadakan acara makan dan doa bersama yang biasanya disebut ngumbah pacul. Ritual ini dimaksudkan untuk memohon doa kepada Sang Pencipta agar sawah yang sudah ditanami padi dapat tumbuh dengan baik dan terlindung dari serangan hama dan penyakit sehingga  dapat menghasilkan panen yang melimpah. Selain itu setelah selesai panen beberapa petani juga mengadakan syukuran dengan cara doa dan makan bersama serta menyedekahkan sebagian hasil panen kepada keluarga dan tetangga sekitar sebagai tanda syukur atas nikmat dari Sang Maha Pencipta.
Adanya sedekah hasil panen juga menunjukkan bahwa proses produksi padi yang dilakukan petani tidak hanya sekedar kegiatan ekonomi untuk menghasilkan keuntungan semata tetapi lebih dari itu dalam proses tersebut juga terdapat nilai kebersamaan dimana sebagian dari hasil panen yang diperoleh didistribusikan kepada orang lain agar manfaatnya dapat dirasakan bersama. Nilai ini sesuai dengan ajaran agama islam yang merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Desa Kabasiran. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk menyedekahkan sebagian dari rizki yang diperoleh kepada orang lain khususnya yang kurang mampu sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Islam juga mengajarkan bahwa dalam harta kita ada sebagian hak orang yang tidak mampu yang harus kita berikan kepada mereka.
Nilai kebersamaan tersebut juga terdapat dalam cerita-cerita rakyat seputar asal usul tanaman padi yang mengisahkan tentang kehidupan Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Dalam cerita tersebut Semar ditugaskan oleh Batara Guru untuk menjaga padi. Tokoh Semar ini menyandang sifat kemuliaan yang sangat banyak. Salah satunya adalah bahwa Semar merupakan tokoh yang tidak tergiur oleh keduniawian seperti pangkat dan kekayaan dunia. Hal ini mengandung makna bahwa padi, untuk kesejahteraan umat manusia, harus dijaga oleh orang yang betul-betul jujur, orang yang tidak tergiur oleh kekayaan. Prabu Siliwangi pernah menolak permintaan Dempu Awang untuk membeli padi. Hal ini mengandung makna bahwa padi harus dijaga dari keserakahan jual-beli perdagangan. Di dalam jual-beli tidak mengenal saudara, tidak mengenal belas kasihan, dan tidak mengenal rasa sosial. Padi harus dijaga dari keserakahan tersebut karena menyangkut kesejahteraan umum (Kalsum, 2010).   
3. Sistem organisasi kemasyarakatan
Terdapat organisasi formal dan informal yang berperan dalam aktivitas petani di Desa Kabasiran. Organisasi formal yang ada adalah kelompok tani. Di Desa Kabasiran terdapat 5 kelompok tani, salah satunya adalah Kelompok Tani Panyirapan. Kelompok ini terutama berperan sebagai media penyampai informasi kepada para petani dan media penyaluran bantuan dari pemerintah kepada para petani seperti bantuan pupuk dan benih. Selain itu kelompok ini juga mempunyai unit usaha pelayanan jasa alsintan yang menyediakan alat dan mesin pertanian yang dapat dimanfaatkan para petani melalui sistem sewa. Alat dan mesin pertanian tersebut antara lain traktor, paddy mower, power thresher dan mesin penggilingan padi. Dalam beberapa hal kelompok tani ini juga melakukan koordinasi dengan para petani untuk melakukan kegiatan bersama seperti pemberantasan hama tanaman yang dianggap membahayakan misalnya pemberatasan hama tikus dan keong mas.
Organisasi informal yang juga mempunyai peran sangat penting dalam usaha budidaya padi di Desa Kabasiran adalah kelompok buruh ngepak. Kelompok ini terdiri atas beberapa wanita yang bekerja sebagai buruh tani yang khusus untuk menyelesaikan pekerjaan tanam, penyiangan dan panen. Kelompok ini berkerja dengan sistem ceblokan yaitu sistem pembagian pekerjaan dimana kelompok yang mempunyai hak untuk mengerjakan proses panen di suatu petak sawah adalah hanya kelompok yang sebelumnya juga mengerjakan proses tanam dan penyiangan di petak sawah tersebut. Anggota kelompok ini mempunyai bagian (area kerja) sendiri-sendiri dalam satu petakan sawah yang disebut hanca. Jadi pekerjaan tanam, penyiangan dan panen di dalam suatu hanca akan diselesaikan oleh orang yang sama.
Kelompok buruh ngepak ini baru mendapatkan upah setelah mereka menyelesaikan proses panen. Upah yang diberikan berupa hak atas sebagian gabah hasil panen. Besarnya upah kelompok ini adalah 1/5 dari total gabah hasil panen. Upah tersebut akan dibagi untuk tiap-tiap anggota kelompok sesuai dengan luas hanca yang dikerjakan.
Kelompok buruh ngepak ini dari tahun ke tahun biasanya selalu bekerja di petakan yang sama jadi petani tidak perlu lagi mencari kelompok lain untuk mengerjakan tanam, penyiangan dan panen di petakan sawahnya. Kelompok ini juga sudah tau kapan harus bekerja, jadi tanpa menunggu perintah petani mereka dapat langsung menyelesaikan perkerjaan mereka. Anggota buruh ngepak ini sudah dikenal dekat oleh petani karena mereka umumnya bertetangga bahkan beberapa masih ada hubungan keluarga dengan petani sehingga mereka tidak hanya berinteraksi dalam urusan pekerjaan tapi juga dalam berbagai aktivitas keseharian mereka. Selain itu umumnya mereka telah bekerja cukup lama sehingga terbentuk rasa saling percaya dan terjalin ikatan cukup kuat dengan petani.
4. Sistem pengetahuan
Aktivitas bertani yang dilakukan para petani tentunya didasarkan pada pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh para petani dan dipercaya dapat membantu mereka untuk memperoleh hasil panen yang melimpah. Pengetahuan tersebut ada yang di dapat secara turun temurun dari pendahulu mereka, ada pula yang merupakan hasil dari pengalaman pribadi atau diskusi dan sharing dengan petani yang lain. Selain itu beberapa pengetahuan didapat dari pemerintah melalui petugas penyuluh lapangan (PPL) yang mendampingi petani dalam aktivitas bertani mereka.
Pengetahuan-pengetahuan penting dan spesifik lokasi biasanya diperoleh petani dari hasil pengamatan terhadap alam dan lingkungan sekitar. Petani dapat mengetahui waktu-waktu yang tepat untuk memulai dan menyelesaikan proses-proses dalam usaha budidaya padinya seperti kapan waktunya mengolah tanah, menebar benih, menanam, memupuk, menyiang dan panen. Mereka juga mengetahui bagaimana menangani hama dan penyakit yang menyerang padi mereka. Selain itu yang tak kalah penting adalah pengetahuan tentang bagaimana mengelola air untuk kebutuhan budidaya padi. Kondisi sawah tadah hujan yang hanya menggantungkan ketersediaan air dari hujan menyebabkan petani harus berhati-hati dalam memperkirakan kecukupan air untuk kebutuhan tanaman padi dari tanam hingga panen. Bila air tidak cukup petani bisa gagal panen, jadi sebelum memutuskan menanam padi petani harus yakin bahwa air yang tersedia masih cukup untuk kebutuhan tanaman padi hingga panen nanti. Untuk memperkirakan kecukupan air biasanya petani akan memeriksa kondisi tanah di sawah dan mengamati curah hujan selama beberapa waktu sebelum memutuskan untuk melakukan pengolahan tanah dan penanaman.
5. Sistem mata pencaharian hidup
Sebagaian besar mata pencaharian masyarakat Desa Kabasiran adalah petani dan buruh tani, jumlahnya sekitar 60%, komoditas yang diusahakan sebagian besar adalah padi. Sebagian besar petani adalah petani “gurem” dengan luas lahan rata-rata hanya sekitar 0,2 ha. Dengan lahan yang relatif kecil dan kondisi sawah tadah hujan para petani tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya bila hanya mengandalkan hasil taninya. Oleh karena itu sebagian besar petani dan buruh tani tersebut juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti berdagang, menjadi kuli bangunan, menjadi tukang ojeg dan melakukan berbagai pekerjaan lain yang sifatnya serabutan.  
6. Sistem peralatan dan teknologi
Dalam aktivitas bertaninya para petani di Kelompok Tani Panyirapan banyak memanfaatkan peralatan dan teknologi, baik yang sudah modern maupun yang masih tradisional. Peralatan tersebut dapat kita lihat dalam proses-proses atau tahapan budidaya padi yang dilakukan yaitu :
a. Pengolahan Tanah (nyawah)
Proses utama dalam pengolahan tanah adalah membajak. Peralatan yang digunakan bisa berupa cangkul (pacul), traktor atau bisa juga memanfaatkan kerbau untuk menarik/menggerakkan alat bajak. Petani yang lahannya relatif kecil biasanya cukup menggunakan cangkul, sedangkan petani dengan lahan yang luas lebih memilih menggunakan traktor atau kerbau untuk mempercepat proses pengolahan tanah.
b. Tanam (tandur)
Para petani mempunyai alat yang terbuat dari kayu/bambu berbentuk seperti penggaris besar yang biasa disebut caplak. Alat tersebut berfungsi untuk memudahkan mengukur dan mengatur jarak tanam padi.
c. Penyiangan
 Alat yang biasa digunakan untuk penyiangan disebut gasrok. Alat ini terbuat dari kayu berbentuk persegi seukuran kaki orang dewasa yang bagian bawahnya diberi paku. Alat ini mempunyai tangkai yang menjulang ke atas sebagai pegangan untuk menggerakkan bagian bawahnya dengan gerakan mendorong kedepan pada saat membersihkan rumput dan tanaman pengganggu yang tumbuh di sela-sela tanaman padi. Alat lain yang digunakan adalah grendel, alat ini serupa dengan gasrok hanya berbeda pada bagian bawahnya dimana bagian bawah grendel berbentuk silinder yang dapat berputar ketika didorong.
d. Panen
Peralatan yang digunakan pada waktu panen yaitu : sabit bergerigi (arit); perontok padi (gebotan), matras atau alas yang terbuat dari karung atau terpal; dan karung. Sabit bergerigi digunakan untuk memotong padi, gebotan digunakan untuk merontokkan bulir padi dari jerami dengan cara menghempaskan rumpun padi hingga membentur gebotan. Alas karung atau terpal digunakan sebagai alas dalam proses merontokkan padi (ngeprik) agar gabah yang terlempar dapat dengan mudah dikumpulkan lagi. Sedangkan karung digunakan untuk mengemas gabah agar memudahkan proses pengangkutan dan penyimpanan. Untuk sabit bergerigi terdapat berbagai merk dan spesifikasi, salah satunya dapat dilihat disini. Sedangkan cara memanen padi selengkapnya dapat dilihat disini.
ALAT PANEN PADI TRADISIONAL

7. Kesenian
Dalam kasus ini saya tidak menemukan adanya aktivitas berkesenian atau karya-karya seni yang berhubungan dengan budaya bertani masyarakat.

Demikian sedikit informasi mengenai proses produksi padi/beras yang dilakukan oleh para petani kita. Tidak mudah bukan, perlu kerja keras, ketekunan, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk bisa menghasilkan padi yang baik, oleh karena itu mari kita hargai jerih payah para petani kita dengan harga yang layak dan pantas agar para petani kita dapat mencukupi kebutuhannya dan berbangga dengan profesinya sebagai petani sehingga mereka dapat terus bersemangat untuk memproduksi padi bagi masa depan anak cucu kita kelak.



No comments:

Post a Comment